Get the calendrier coucher de soleil widget and many other great free widgets at Widgetbox! Not seeing a widget? (More info) Elisabeth Melia Putri Pertiwi: Januari 2013

PARIWISATA DAN SUKU PRIMITIVE DI PAPUA


Suku Korowai

Banyak sekali suku-suku yang ada di Indonesia ini dan masing-masing mempunyai kebudayaan nya sendiri , dan salah satu nya “Suku Korowai mempunyai populasi 3.000 orang ini adalah  salah satu suku paling aneh di dunia.Suku ini ditemukan baru 30 tahun yang lalu. Suku ini membangun rumah diatas pohon yang disebut dengan Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian 15 meter sampai 50 meter dari permukaan tanah. Beberapa alasan suku Korowai membuat rumah di atas pohon yang sangat tinggi , yaitu :
 1. Menghindari gangguan binatang buas.
 2. Sebagai strategi berburu, karena dari atas pohon mereka dapat dengan leluasa
     mengontrol rusa dan babi hutan yang melintas di bawah rumahnya.
3. Adat istiadat mereka yang telah turun temurun.
4.Faktor alam yang membuat mereka merasa lebih aman.
5.Kepercayaan mereka bahwa tinggal di atas pohon dapat terhindar dari gangguan
   roh-roh jahat.
 Begitulah pikiran primitif mereka yang masih terisolasi dengan budaya modern.


          Inilah contoh rumah khas suku Korowai , suku yang sangat unik dan mengagumkan.
               Dan bahkan rumah mereka tingginya hampir sama dan bahkan bisa melebihi tinggi pohon-pohon yang ada disekitar rumah mereka. Bisa dibayangkan bagaimana jika kita berdiri di salah satu rumah suku Korowai yang tingginya antara 15 meter sampai 50 meter , yang pasti udara sejuknya masih asli banget dan oksigen yang terhirup tidak terkontaminasi dengan udara kotor, karbodioksida. Hebatnya lagi suku Korowai merupakan suku penjaga keseimbangan dan kelestarian hutan Papua yang hijau dan lebat. Jadi, suku ini juga penyumbang persenan bagi oksigen dunia , serta rumah tinggi suku Korowai ini merupakan mahakarya Green Technologi  sejak ratusan tahun silam



Nah ini dia , betapa uniknya jika ingin turun dan melakukan aktifitas mereka. Mereka harus berhati-hati dan bersabar untuk memanjat pohon dan turun dari pohonnya. Apakah bisa dibayangkan , mereka membutuhkan waktu berapa menit untuk naik dan turun di pohon tersebut? Apalagi kalau rumahnya yang mencapai 50 meter.



Rumah pohon suku Korowai sangat alamiah. Bahan yang digunakan untuk membuat rumah pohon pun berasal dari hutan dan rawa di sekitar mereka; seperti kayu, rotan, akar dan ranting pohon.  Semua bahan terbuat dari alam, kerangka terbuat dari batang kayu kecil-kecil dan lantainya dilapisi kulit kayu. Dinding dan atapnya menggunakan kulit kayu atau anyaman daun sagu. Untuk mengikat bahan-bahan tersebut, mereka semua menggunakan tali. Dan hebatnya lagi semua proses pembuatan rumah dilakukan dengan menggunakan tangan. Barang logam satu-satunya yang ada adalah parang atau kapak yang biasa mereka gunakan untuk berburu.

Suku Korowai adalah pemburu dan pengepul. Kehidupan mereka yang sangat sangat tergantung dengan pemanfaatan alam sekitar.

Inilah contoh salah seorang warga suku Korowai mencari larva kumbang Capricorn untuk dijadikan sagu, dan ini makanan favorit mereka karena larva adalah makanan protein utama mereka. Sagu yang di ambil dari pohon Palm.


Nah,ini dia contoh larva kumbang yang dicari tadi dan menjadi makanan favorit suku Korowai.

Seorang warga suku Korowai sedang mengolahan bubuk sagu kelapa di pelepah pisang untuk dijadikan makanan pokok bertepung alias sagu dan ini sering dilakukan mengingat di Papua belum ada beras.
Tidak hanya itu saja , mereka juga mengkonsumsi makanan nabati terutama daun palem , pakis , sukun , dan buah pandanae merah.

Ini pula , gambar seorang suku Korowai yang sedang membuat panah untuk senjata berburunya.


Beberapa contoh senjata tradisonal khas suku Korowai yang biasa mereka gunakan untuk berburu. Ini semua dibuat menggunakan tangan , tanpa harus menggunakan alat bantu logam.Mereka hanya memanfaatkan apapun yang ada di lingkungan sekitar mereka. Dengan berbagai macam bentuk senjata tersebut mereka biasa memburu babi hutan , burung kasuari , burung , ular , dan serangga kecil.


Bahasa yang biasa suku Korowai gunakan  termasuk dalam keluarga
Awyu-Dumut (Papua tenggara) dan merupakan bagian dari filum Trans-Nugini. Sebuah tata bahasa dan kamus telah diproduksi oleh ahli bahasa misionaris Belanda.

Konon , suku Korowai merupakan manusia pemakan daging manusia atau kanibal.
K
ulit mereka ditandai dengan bekas luka, hidung mereka ditusuk dengan tulang runcing, yaitu tulang burung yang dibengkokkan ke atas dari lubang hidung mereka.
Namun sekarang kebiasaan kanibalisme mereka telah hilang karena adanya bujukan untuk mendorong pariwisata dengan mengabdikan mitos bahwa mereka masih merupakan praktek aktif.
Sejak awal tahun 1990-an telah
menghasilkan pendapatan tunai dari hasil bekerja sama dengan perusahaan wisata yang mempromosikan wisata tour ke daerah Korowai. Dalam industri pariwisata, peluang penghasilan mereka terbatas seperti saat kelompok wisata di desa melakukan pesta sagu, membawa koper, dan atraksi/tarian traditional.

Inilah gambar rumah suku Korowai yang diambil daerah kamera seorang turis mancanegara di malam hari.


Seorang turis asing bernama George Steinmetz sedang mengambil foto untuk sebuah rumah pohon Korowai di pagi hari.


Ini adalah pemandangan anak sungai Korowai memasuki sungai Eilanden.
Pemandangan nya sangat alami dan sejuk .